Gb7
Gb6
Gb5
Gb4
Gb3
Gb2
Gb1
Mata Kuliah : Kimia Terapan
Dosen : DR Mudjiyono
Th Heni Ambaristi
S830208024/IPA/Psains
I.Pendahuluan
Reaksi timbal balik adalah reaksi yang tergantung keadaan, dapat mengalir ke dua arah. Apabila ditiupkan uap panas ke sebuah besi yang panas, uap panas ini akan bereaksi dengan besi dan membentuk sebuah besi oksida magnetik berwarna hitam yang disebut ferri ferro oksida atau magnetit, Fe3O4.
Reaksi ini dapat berbalik, tapi dalam keadaan biasa, reaksi ini menjadi reaksi satu arah. Produk dari reaksi satu arah ini berada dalam keadaan terpisah dan tidak dapat bereaksi satu sama lain sehingga reaksi sebaliknya tidak dapat terjadi.
Sistem tertutup adalah situasi di mana tidak ada zat yang ditambahkan atau diambil dari sistem tersebut. Tetapi energi dapat ditransfer ke luar maupun ke dalam. Pada contoh yang baru dibahas, Anda harus membayangkan sebuah besi yang dipanaskan oleh uap dalam sebuah kotak tertutup. Panas ditambahkan ke dalam sistem ini, namun tidak satu zat pun yang terlibat dalam reaksi ini dapat keluar dari kotak. Keadaan demikian disebut sistem tertutup. Pada saat ferri ferro oksida dan hidrogen mulai terbentuk, kedua zat ini akan saling bereaksi kembali untuk membentuk besi dan uap panas yang ada pada mulanya. Keadaan seperti inilah yang disebut disebut kesetimbangan dinamis.
Ini adalah persamaan untuk sebuah reaksi biasa yang telah mencapai kesetimbangan dinamis.
Bagaimana reaksi ini bisa mencapai keadaan tersebut? Anggap saja dimulai dengan A dan B. Pada awal reaksi, konsentrasi A dan B pada mula-mula ada pada titik maksimum, dan itu berarti kecepatan reaksi juga ada pada titik maksimum.
Seiring berjalannnya waktu, A dan B bereaksi dan konsentrasinya berkurang. Ini berarti, jumlah partikelnya berkurang dan kesempatan bagi partikel A dan B untuk saling bertumbukan dan bereaksi berkurang, dan ini menyebabkan kecepatan reaksi juga berangsur-angsur berkurang. Pada awalnya tidak ada C dan D sama sekali sehingga tidak mungkin ada reaksi di antara keduanya. Seiring berjalannya waktu, konsentrasi C dan D bertambah banyak dan keduanya menjadi mudah bertumbukan dan bereaksi. Dengan berlangsungnya waktu, kecepatan reaksi antara C dan D pun bertambah.
Akhirnya kecepatan reaksi antara keduanya mencapai titik yang sama di mana kecepatan reaksi A dan B berubah menjadi C dan D sama dengan kecepatan reaksi C dan D berubah menjadi A dan B kembali.
Pada saat ini, tidak akan ada lagi perubahan pada jumlah A, B, C, D di dalam campuran. Begitu ada partikel yang berubah, partikel tersebut terbentuk kembali berkat adanya reaksi timbal balik. Pada saat inilah kita mencapai kesetimbangan kimia. Kesetimbangan kimia terjadi pada saat reaksi timbal balik di sebuah sistem tertutup. Tidak ada yang dapat ditambahkan atau diambil dari sistem itu selain energi. Pada kesetimbangan, jumlah dari segala sesuatu yang ada di dalam campuran tetap sama walaupun reaksi terus berjalan. Ini dimungkinkan karena kecepatan reaksi ke kanan dan ke kiri sama. Apabila Anda mengubah keadaan sedemikian rupa sehingga mengubah kecepatan relatif reaksi ke kanan dan ke kiri, Anda akan mengubah posisi kesetimbangan, karena Anda telah mengubah faktor dari sistem itu sendiri. http://www.bebas.vlsm.org/v12/sponsor/Sponsor-pendamping/Praweda/Kimia/0182%20Kim%201-6e.htm
II.Dasar Teori
A. Asam Sulfat
Asam sulfat (H2SO4 ) adalah senyawa dasar yang penting dan dihasilkan dalam jumlah terbesar (ranking pertama dari segi jumlah) dari semua senyawa anorganik yang dihasilkan industri. Asam sulfat murni adalah cairan kental (mp 10.37 oC), dan melarut dalam air dengan menghasilkan sejumlah besar panas menghasilkan larutan asam kuat.
Gambar 1 : Struktur asam sulfat
Asam sulfat mempunyai rumus kimia H2SO4, merupakan asam mineral (anorganik) yang kuat. Zat ini larut dalam air pada semua perbandingan. Asam sulfat mempunyai banyak kegunaan, termasuk dalam kebanyakan reaksi kimia. Kegunaan utama termasuk pemrosesan bijih mineral, sintesis kimia, pemrosesan air limbah dan pengilangan minyak. Reaksi hidrasi (pelarutan dalam air) dari asam sulfat adalah reaksi eksoterm yang kuat. Jika air ditambah kepada asam sulfat pekat, terjadi pendidihan. Senantiasa tambah asam kepada air dan bukan sebaliknya. Sebagian dari masalah ini disebabkan perbedaan isipadu kedua cairan. Air kurang padu dibanding asam sulfat dan cenderung untuk terapung di atas asam.
Reaksi tersebut membentuk ion hidronium:
H2SO4 + H2O → H3O+ + HSO4-
Disebabkan asam sulfat bersifat mengeringkan, asam sulfat merupakan agen pengering yang baik, dan digunakan dalam pengolahan kebanyakan buah-buahan kering. Apabila gas SO3 pekat ditambah kepada asam sulfat, ia membentuk H2S2O7. Ini dikenali sebagai asam sulfat fuming atau oleum ( http://id.wikipedia.org/wiki/Asam_sulfat) "
B. Pergeseran Kesetimbangan
Azas Le Chatelier menyatakan: Bila pada sistem kesetimbangan diadakan aksi, maka sistem akan mengadakan reaksi sedemikian rupa sehingga pengaruh aksi itu menjadi sekecil-kecilnya. Perubahan dari keadaan kesetimbangan semula ke keadaan kesetimbangan yang baru akibat adanya aksi atau pengaruh dari luar itu dikenal dengan pergeseran kesetimbangan. Bagi reaksi :
A + B <====> C + D |
KEMUNGKINAN TERJADINYA PERGESERAN
1. | Dari kiri ke kanan, berarti A bereaksi dengan B memhentuk C dan D, sehingga jumlah mol A dan B berkurang, sedangkan C dan D bertambah. |
2. | Dari kanan ke kiri, berarti C dan D bereaksi membentuk A dan B. sehingga jumlah mol C dan D berkurang, sedangkan A dan B bertambah. |
C. FAKTOR-FAKTOR YANG DAPAT MENGGESER LETAK KESETIMBANGAN
Ada tiga faktor yang dapat mempengaruhi kesetimbangan yaitu:
1. Perubahan konsentrasi salah satu zat
2. Perubahan volume atau tekanan
3. Perubahan suhu. ( http://www.bebas.vlsm.org/v12/sponsor/Sponsor-Pendamping/Praweda/Kimia/0180%20Kim%201-6c.htm
1. PERUBAHAN KONSENTRASI SALAH SATU ZAT
Berdasarkan asas Le Chatelier, apabila konsentrasi pereaksi atau produk reaksi berubah, maka kesetimbangan akan bergeser untuk mengurangi pengaruh perubahan konsentrasi yang terjadi sampai diperoleh kesetimbangan yang baru. Ada dua cara mengubah konsentrasi zat yang akan dibahas yaitu:
(i) Menaikkan/menurunkan konsentrasi pereaksi atau produk reaksi
- Jika konsentasi pereaksi dinaikkan, maka kesetimbangan akan bergeser ke kanan. Sebaliknya jika konsentrasi pereaksi diturunkan, maka kesetimbangan akan bergeser ke kiri.
- Jika konsentrasi produk reaksi dinaikkan, maka kesetimbangan akan bergeser ke kiri. Sebaliknya jika konsentrasi produk reaksi diturunkan maka kesetimbangan akan bergeser ke kanan.
Gambar 2 : Menaikkan/menurunkan konsentrasi pereaksi
(ii) Pengenceran
Pengenceran (penambahan pelarut cair seperti air) akan menurunkan konsentrasi zat-zat yang terlarut di dalamnya. Untuk reaksi kesetimbangan berikut :
aA + bB <====> cC + dD
Pengenceran hanya akan menggeser kesetimbangan apabila :
Total mol pereaksi ≠ Total mol produk reaksi
(a + b) (c + d)
Gambar 3 : Pengenceran
Arah pergeseran kesetimbangan adalah ke arah total mol yang lebih besar. Hal ini dikarenakan pengenceran akan memperkecil hasil kali konsentrasi zat-zat tersebut dalam persamaan tetapan kesetimbangan. Untuk memahami pengaruh kenaikkan/penurunan konsentrasi dan pengenceran terhadap kesetimbangan reaksi bisa dijelaskan di bawah ini :
Kesetimbangan :
[ Cu(H2O)6] 2+ (aq) + 4 Cl- (aq) <====> CuCl42- (aq) + 6H2O(l)
Gambar 4 : Pengaruh perubahan konsentrasi terhadap kesetimbangan reaksi
Keterangan :
- Penambahan Cl- akan menaikkan konsentrasi pereaksi Cl- sehingga kesetimbangan akan bergeser ke kanan. Larutan menjadi lebih berwarna hijau karena peningkatan ion CuCl42- dalam larutan.
- Kondisi setimbang, larutan berwarna biru kehijauan
- Penambahan H2O tidak merubah konsentrasi H2O (zat cair murni) secara berarti, tetapi menurunkan konsentrasi pereaksi dan produk reaksi terlarut. Oleh karena itu total mol pereaksi pelarut {[ Cu(H2O)6] 2+ dan Cl-} > total mol produk reaksi terlarut { CuCl42-}, maka kesetimbangan bergeser ke kiri.
Apabila dalam sistem kesetimbangan homogen, konsentrasi salah satu zat diperbesar, maka kesetimbangan akan bergeser ke arah yang berlawanan dari zat tersebut. Sebaliknya, jika konsentrasi salah satu zat diperkecil, maka kesetimbangan akan bergeser ke pihak zat tersebut. (Johari : 2004)
Contoh: 2SO2(g) + O2(g) <====> 2SO3(g)
# Bila pada sistem kesetimbangan ini ditambahkan gas SO2, maka kesetimbangan akan bergeser ke kanan.
# Bila pada sistem kesetimbangan ini dikurangi gas O2, maka kesetimbangan akan bergeser ke kiri.
2. PERUBAHAN VOLUME ATAU TEKANAN
Jika dalam suatu sistem kesetimbangan dilakukan aksi yang menyebabkan perubahan volume (bersamaan dengan perubahan tekanan), maka dalam sistem akan mengadakan berupa pergeseran kesetimbangan.
Jika tekanan diperbesar = volume diperkecil, kesetimbangan akan bergeser ke arah jumlah Koefisien Reaksi Kecil. Jika tekanan diperkecil = volume diperbesar, kesetimbangan akan bergeser ke arah jumlah Koefisien reaksi besar. Pada sistem kesetimbangan dimana jumlah koefisien reaksi sebelah kiri = jumlah koefisien sebelah kanan, maka perubahan tekanan/volume tidak menggeser letak kesetimbangan. |
Gambar 5 : Jika tekanan bertambah, kesetimbangan akan bergeser ke arah total mol lebih sedikit
Gambar 6 : Jika tekanan berkurang, maka kesetimbangan akan bergeser ke arah dengan total mol lebih banyak.
Untuk memahami hal tersebut, perhatikan pengaruh kenaikkan tekanan sistem terhadap kesetimbangan dari reaksi yang melibatkan gas NO2 yang berwarna coklat dan gas N2O4 yang tak berwarna berikut.
Gambar a : NO2 dan N2O4 dalam keadaan setimbang
Gambar b : Jika tekanan dinaikkan, konsentrasi NO2 dan N2O4 akan ditambah. Hal ini ditunjukkan oleh warna campuran gas yang lebih gelap.
Gambar c : Setelah bebrapa waktu, kesetimbangan akan bergeser ke arah total mol yang lebih sedikit, yakni ke kanan membentuk N2O4 yang tak berwarna. Warna campuran menjadi lebih terang.
Contoh:
N2(g) + 3H2(g) <====> 2NH3(g)
Koefisien reaksi di kanan = 2
Koefisien reaksi di kiri = 4
- | Bila pada sistem kesetimbangan tekanan diperbesar (= volume diperkecil), maka kesetimbangan akan bergeser ke kanan. |
- | Bila pada sistem kesetimbangan tekanan diperkecil (= volume diperbesar), maka kesetimbangan akan bergeser ke kiri. |
3. PERUBAHAN SUHU
Menurut Van't Hoff:
- | Bila pada sistem kesetimbangan subu dinaikkan, maka kesetimbangan reaksi akan bergeser ke arah yang membutuhkan kalor (ke arah reaksi endoterm). |
- | Bila pada sistem kesetimbangan suhu diturunkan, maka kesetimbangan reaksi akan bergeser ke arah yang membebaskan kalor (ke arah reaksi eksoterm). Contoh: 2NO(g) + O2(g) « 2NO2(g) ; ∆H = -216 kJ |
- | Jika suhu dinaikkan, maka kesetimbangan akan bergeser ke kiri. |
- | Jika suhu diturunkan, maka kesetimbangan akan bergeser ke kanan. |
Perubahan suhu terkait dengan pelepasan atau penyerapan kalor. Pada reaksi kesetimbangan, apabila reaksi ke kanan meyerap kalor (bersifat endotermik), maka reaksi ke kiri akan melepas kalor (bersifat eksotermik). Demikian pula sebaliknya. Meski demikian, penulisan persamaan termokimianya akan merujuk pada reaksi ke kanan, seperti ditunjukkan skema berikut:
Gambar 7 : Perubahan Suhu
Berdasarkan asas Le Chatelier :
1. Apabila suhu reaksi dinaikkan, maka kesetimbangan akan bergeser ke arah reaksi yang menyerap kalor (reaksi endotermik)
2. Apabila suhu reaksi diturunkan, maka kesetimbangan akan bergeser ke arah reaksi yang melepas kalor (reaksi eksotermik)
Pengaruh perubahan suhu terhadap kesetimbangan untuk reaksi endoterm dan reaksi eksoterm dapat digambarkan sebagai berikut :
Gambar 8 : Pengaruh perubahan suhu terhadap kesetimbangan
Untuk memahami pengaruh perubahan suhu terhadap kesetimbangan, bisa dilihat pada contoh reaksi yang melibatkan gas NO2 yang berwarna coklat dan gas N2O4 yang tak berwarna berikut. Reaksi ini bersifat eksoterm seperti ditunjukkan oleh persamaan termokimianya. (Sudarmo : 2007)
Gambar 9 : Pengaruh perubahan suhu terhadap kesetimbangan
Tabel berikut memuat bebrapa contoh pengaruh perubahan suhu terhadap kesetimbangan reaksi.
Tabel 1 : Pengaruh perubahan tekanan terhadap kesetimbangan reaksi
III. Pembahasan
A. Pembuatan Asam Sulfat (H2SO4) Menggunakan Proses Kontak
Pembahasan asam sulfat (H2SO4) melalui proses kontak dibagi menjadi 3 tahap:
Tahap 1 : Pembentukan SO2
Belerang yang sudah dilelehkan direaksikan dengan O2 membentuk gas SO2 :
S (s) + O2(g) → SO2(g) ∆H = -296,9 kJ
Tahap 2 : Pembentukan SO3
Gas SO2 direaksikan dengan O2 pada suhu -4500C dan tekanan 2-3 atm membentuk gas SO3 dengan bantuan katalis V2O5 melalui reaksi kesetimbangan berikut :
2SO2(g) + O2(g) <====> 2SO3(g) ∆H = -191 kJ
Pemilihaan kondisi optimum untuk pembentukan SO3 adalah sebagai berikut.
Tabel 3. Kondisi Optimum Pembuatan SO3
Faktor | Reaksi : 2SO3(g) + O2(g) <====> 2SO3 (g) ∆H = ˜ 191kJ | Kondisi Optimum |
Suhu | Reaksi bersifat eksotermik. Suhu rendah akan menggeser kesetimbangan ke kanan. Akan tetapi, laju reaksi menjadi lambat. Pemilihan suhu juga harus juga harus memperhitungan faktor antara lain korosi pada suhu tinggi. | ˜4500C |
Tekanan | Total mol pereaksi lebih besar dibandingkan total mol produk reaksi. Penambahan tekanan akan menggeser kesetimbangan ke kanan. Pada tekanan sedikit di atas 1 atm, reaksi sudah menghasilkan ˜97% SO3. | 2-3 atm |
Katalis | Katalis tidak menggeser kesetimbangan ke kanan, tetapi mempercepat laju reaksi secara keseluruhan | V2O5 |
Tahap 3 : Pembentukan H2SO4
Pada tahap ini, SO3 tidak langsung direaksikan dengan H2O untuk membentuk H2SO4,
Tetapi dilarutkan ke dalam campuran 98% H2SO4 dan 2% H2O membentuk larutan yang disebut oleum
SO3(g) + H2SO4(aq) → H2S2O7 (l)
Oleum kemudian diencerkan dengan air untuk membentuk lelehan H2SO4 pekat :
H2S2O7 (l) + H2O (l) → 2H2SO4(aq)
Gambar 10 : Proses Kontak
Disebut proses kontak karena reaksi antara SO2 dan O2 pada tahap 2 terjadi di permukaan katalis V2O5. Proses ini melibatkan reaksi-reaksi eksoterm yang melepas panas. Panas yang dihasilkan digunakan sebagai energi input untuk tahapan proses lainnya. Sebagai contoh, panas dari tahap 1 dan 2 digunakan untuk memproduksi uap air. Uap air digunakan untuk melelehkan bahan baku belerang. Hal ini merupakan efisiensi karena dapat menekan konsumsi energi dari luar.
Mengapa SO3 tidak langsung direaksikan dengan H2O (air) untuk membentuk H2SO4?
Hal ini disebabkan karena reaksi langsung SO3 dengan H2O akan menyebabkan terbentuknya kabut H2SO4. Kabut ini sulit dikumpulkan, tidak dapat terkodensasi, dan dapat menyebabkan pencemaran udara.
B. Peranan Asam Sulfat (H2SO4)
Asam sulfat (H2SO4) adalah senyawa dasar yang penting dan dihasilkan dalam jumlah terbesar (ranking pertama dari segi jumlah) dari semua senyawa anorganik yang dihasilkan industri. Asam sulfat murni adalah cairan kental (mp 10.37 oC), dan melarut dalam air dengan menghasilkan sejumlah besar panas menghasilkan larutan asam kuat. Asam sulfat mempunyai rumus kimia H2SO4, merupakan asam mineral (anorganik) yang kuat. Zat ini larut dalam air pada semua perbandingan. Asam sulfat mempunyai banyak kegunaan, termasuk dalam kebanyakan reaksi kimia. Kegunaan utama termasuk pemrosesan bijih mineral, sintesis kimia, pemrosesan air limbah dan pengilangan minyak. Reaksi hidrasi (pelarutan dalam air) dari asam sulfat adalah reaksi eksoterm yang kuat. Jika air ditambah kepada asam sulfat pekat, terjadi pendidihan. Senantiasa tambah asam kepada air dan bukan sebaliknya. Sebagian dari masalah ini disebabkan perbedaan isipadu kedua cairan. Air kurang padu dibanding asam sulfat dan cenderung untuk terapung di atas asam. Reaksi tersebut membentuk ion hidronium:
H2SO4 + H2O → H3O+ + HSO4-.
Disebabkan asam sulfat bersifat mengeringkan, asam sulfat merupakan agen pengering yang baik, dan digunakan dalam pengolahan kebanyakan buah-buahan kering. Apabila gas SO3 pekat ditambah kepada asam sulfat, ia membentuk H2S2O7. Ini dikenali sebagai asam sulfat fumingoleum atau, jarang-jarang sekali, asam Nordhausen.
IV. KESIMPULAN
Pembuatan asam sulfat (H2SO4) melalui proses kontak dibagi menjadi 3 tahap:
Tahap 1 : Pembentukan SO2
Belerang yang sudah dilelehkan direaksikan dengan O2 membentuk gas SO2 :
S (s) + O2(g) → SO2(g) ∆H = -296,9 kJ
Tahap 2 : Pembentukan SO3
Gas SO2 direaksikan dengan O2 pada suhu -4500C dan tekanan 2-3 atm membentuk gas SO3 dengan bantuan katalis V2O5 melalui reaksi kesetimbangan berikut :
2SO2(g) + O2(g) <====> 2SO3(g) ∆H = -191 kJ
Tahap 3 : Pembentukan H2SO4
Pada tahap ini, SO3 tidak langsung direaksikan dengan H2O untuk membentuk H2SO4,
Tetapi dilarutkan ke dalam campuran 98% H2SO4 dan 2% H2O membentuk larutan yang disebut oleum
SO3(g) + H2SO4(aq) → H2S2O7 (l)
Oleum kemudian diencerkan dengan air untuk membentuk lelehan H2SO4 pekat :
H2S2O7 (l) + H2O (l) → 2H2SO4(aq)
Asam sulfat Kegunaan utama termasuk pemrosesan bijih mineral, sintesis kimia, pemrosesan air limbah dan pengilangan minyak.
Daftar Pustaka
Johari, dkk . 2004. Kimia SMA Untuk Kelas XI . Jakarta : Erlangga
Sudarmo, Unggul. 2007. Kimia Untuk SMA/MA Kelas XI. Jakarta : Phibeta Aneka Gama
Suyatno, dkk. 2007. Kimia Untuk SMA/MA Kelas XI. Jakarta : Grasindo
Pengantar Kesetimbangan Kimia:
http://www.bebas.vlsm.org/v12/sponsor/Sponsor-pendamping/Praweda/Kimia/0182%20Kim%201-6e.htm
Pengaruh Katalisator terhadap Kesetimbangan:
http://www.bebas.vlsm.org/v12/sponsor/Sponsor-Pendamping/Praweda/Kimia/0181%20Kim%201-6d.htm
Faktor-faktor yang dapat menggeser letak kesetimbangan :
http://www.bebas.vlsm.org/v12/sponsor/Sponsor-Pendamping/Praweda/Kimia/0180%20Kim%201-6c.htm
Asam Sulfat :
http://id.wikipedia.org/wiki/Asam_sulfat"
Kegunaan Asam :
http://old.inorg-phys.chem-itb.ac.id/wp-content/uploads/2007/03/bab-4kimia-unsur-non-logam.pdf
Tidak ada komentar:
Posting Komentar